Janganlah jadikan wajahmu berpoteng dibalik ras Melanesia
Penulis, Donatus Bidaipouga Mote.
Penulis, Donatus Bidaipouga Mote.
MALANG. TIMIPOTU NEWS. Kalau kita melihat dengan hati yang murni dan mata yang jernih dari pandangan Agama, sesungguhnya kita orang Papua yang ber-ras Melanesia ini telah diciptakan oleh ALLAH dan telah di tempat di atas tanah Papua. Allah tidak hanya menciptakan dan menempatkan kita manusia Papua di atas bumi Papua hanya begitu saja tetapi Allah telah membentukkan diri dan karakter manusia Papua sesuai dengan bentuk alam yang ada di Papua seperti “gurung-gunung telah melambangkan bahwa orang Papua mempunyai keinginan yang tinggi untuk hidup bebas, lembah-lembah menunjukan bahwa orang Papua mempunyai kesabaran yang tinggi sekalipun orang Papua dikejar-kejar, dipenjarahkan, dirabek-rabek dan dibunuh sementara sungai-sungai melambangkan bahwa orang Papua mempunyai rasa kasih sayang yang tak terbatas antara sesama manusia dan manusia dengan alam Papua.
Kalau kita melihat dengan hati yang murni dan mata yang jernih dari pandangan budaya Papua, alam Papua dan manusia Papua tidak muncul begitu saja namun kita yakini bahwa ada orang yang menciptakan manusia “kita” dan alam Papua. Saya percaya bahwa, kalau kita berbicara menyankut siapa yang menciptakan manusia dan alam beserta isinya dari sudut pandang budaya Papua maka kita kembali melihat cerita-cerita leluhur yang telah diwariskan oleh leluhur kita.
Dalam setiap suku yang ada di Papua terbentuknya alam dan manusia tidak terlepas dari mitos-mitos yang ada dalam setiap suku. Kita percaya bahwa, leluhur kita tidak pernah mengajarkan kita bahwa alam adalah milik ras Melayu atau ras-ras lain yang ada di dunia. Namun, yang pernah diajarkan oleh leluhur Papua adalah alam Papua adalah milik manusia Papua yang ber-ras Melanesia. Kita tidak pernah diajarkan bahwa manusia Papua itu berasal dari KERA yang kini diistilahkan dengan pithecanthropus dari Soloensis namun kita telah diajarkan sesuai dengan cerita-cerita yang ada dalam suku-suku yang ada di bumi Papua. Maka, itu untuk melihat siap diri manusia Papua yang sesungguh itu perlu melihat kembali dalam cerita-cerita para leluhur dari setiap suku di Papua.
Kini kita telah disadarkan bahwa, sesungguhnya manusia Papua adalah ciptaan Allah yang unik walaupun suku bangsa dan Negara lain menjelek jelekan kita dengan berbagai macam kata-kata yang tidak manusiawi.
Berangkat dari itu, sebagai generasi muda Papua tentu sudah melihat, menyaksikan dan mendegar bahwa, sekian banyak orang-orang tua kita dari Papua telah dikejar, ditangkap, dipenjarahkan, disiksa, dan telah dibunuh habis di atas tanah Papua. Kita pun pasti bertanya siapa yang membunuh orang tua kita di atas tanah kita Papua? sebagai generasi muda Papua perlu menyetahui dan sadar bahwa yang dibunuh orang tua kita adalah penjajahan yang kini kita kenal dengan Negara Republik Indonesia. Pasti saja kita bertanya; kenapa orang tua kita telah dibunuh habis-habisan? Orang tua kita dibunuh saat tanah Papua dianeksasi dalam Negara penjajahan “NKRI”.
Dan pertanyaan besar yang selalu muncul dalam pikiran kita adalah; kenapa orang tua kita yang tidak tahu membaca dan menulis itu bisa dibunuh oleh penjajahan? Orang tua kita telah dibunuh demi mempertahankan tanah Papua sebagai tanah milik orang Papua ras Melanesia. Orang tua relah berkorban demi mempertahankan tanah Papua sebagai milik orang Papua karena mereka merasa berdosa apabila tanah Papua ini diserahkan kedalam Negara lain yang ber-ras yang berbedah dengan ras Melanesia.
Namun demikian, pada dunia belakangan ini kita telah melihat dan mendengar bahwa, diatas korbanya orang tua Papua itu, masih banyak anak-anak bangsa Papua yang wajahnya bertopeng dengan wajah penjajahan. Masih banyak anak-anak bangsa Papua yang menari-nari dengan wajah bertopeng dan Masih banyak anak-anak bangsa Papua yang bernyanyi-nyanyi dengan memakai topeng penjajahan.
Mari kita lihat, saksikan, dan kembali bertanya;
Apakah benar anak bangsa Papua telah memakai topeng penjajahan? Jawabannya cukup jelas dan mudah sekali kita dapat karena memang hal itu telah terjadi di depan mata manusia dan depan mata alam Papua serta terjadi depan mata tulang-belulang yang ada di bumi Papua.
Apakah di kalangan birokrat, orang Papua telah memakai topeng penjajahan? Jawabannya, kita lihat saja bahwa ternyata banyak orang Papua tanpa memikirkan pengorbanan orang tua yang relah mengorbankan nyawa mereka di tangan para serdadu-sedadu itu dan mulia menari-nari dengan bertopeng penjajahan untuk menindas ras Melanesia itu sendiri. Yang menjadi pertanyaan besar adalah, apakah saudara pernah merasa berdosa sejak saudara mengambil dan memakai topeng penjajahan itu untuk menindas rakyat yang sama ras dengan dirimu? Dalam hal ini saya tidak membutuhkan jawaban namun saya hanya mengharapkan agar bisa sadar bahwa orang tua kita telah dibunuh oleh topeng yang anda pakai saat ini.
Apakah di kalangan pelajar dan mahasiswa Papua telah memakai topeng penjajahan? Jawabannya kita tidak perlu cari jauh-jauh. Ternyata mahasiswa yang biasa disebut agen perubahan itu saja masih memakai topeng penjajahan untuk menindas teman-teman seperjuangan lain dan menindas rakyatnya sendiri. Yang menjadi pertanyaan besar bagi manusia Papua dan alam Papua adalah? Apakah saudara pernah berpikir bahwa topeng yang saudara pakai atau menggunakan ini tetap akan tercatat dalam agenda Papua dan agenda di surga bahwa “berdosa”?. Apakah saudara pernah bersedih hati atas dibunuhnya orang tua Papua oleh topeng yang anda pakai saat ini? Apakah saudara pernah bersedih hati atas kandungan alam yang dikuras habis oleh topeng yang anda pakai saat ini?.
Pertanyaan-pertanyaan diatas ini saya tidak juga membutuhkan jawaban namun saya hanya mengharapkan kesadaran akan diri, kesadaran akan sukunya, kesadaran akan tanah Papua, kesadaran akan bangsa Papua, dan kesadaran akan ras Melanesia. Dengan demikian, sebagai pendidikan politik dan pendidikan kesadaran, saya hanya mau menuliskan sebuh tulisan keprihatinan dan karena adanya rasa nasionalis terhadap rakyat Papua dan alam Papua.
Tugas pokok pelajar dan mahasiswa Papua adalah, kita sekolah/kuliah bukan untuk menjadi buruh di ladangnya penjajahan, bukan untuk berkarya di ladangnya penjajahan, bukan juga untuk menjadi alat negara dari penjajahan tetapi, ingat pelajar dan mahasiswa Papua sekolah untuk menjadi motoris dalam membawah manusia Papua, alam Papua, dan tulang belulang dari penjajahan. Pelajar dan mahasiswa Papua menjadi agen perubahan dalam menjawab kerinduan alam Papua yang ingin keluar dari penjajahan, untuk menjawab kerinduan dari tulang belulang untuk merayakan sebagai hari pahlawan Negara, dan pelajar dan mahasiswa Papua hadir untuk menjawab kerinduan orang tua “manusia Papua” untuk membawah keluar dari segala penindasan. Bukan untuk memakai topeng penjajahan
Kawan-kawan pelajar dan mahasiswa Papua perlu ingat bahwa orang tua kita telah dibunuh, alam kita sedang dikuras habis dan kita pun masih dikejar-kejar oleh kaum penjajahan. Apabila ada pelajar dan mahasiswa Papua yang telah menjadi bagian dari penjajahn berarti segera bertobat kembali karena Alam Papua sedang melihat dirimu, tulang-belulang telah menyaksikanmu, dan kerinduan manusia Papua sedang mengejar-ngejar dirimu. Kalau tidak mau kembali untuk merasakan apa yang dirasakan oleh manusia Papua dan alam Papua berarti selamat menanggung dosa umat manusia Papua.
Kawan-kawan ingat bahwa, kalau kita (pelajar dan mahasiswa) tidak menjadi agen perubahan bagi alam dan manusia Papua berarti kita siap memikul dosa. Kenapa? Karena, apabila generasi kita juga masih saja hidup dalam tekanan, penindasan, dan penjajahan berarti kita telah gagal atau belum mampu mewujudkan Firman Allah yang mengatakan “manusia harus hidup bebas di atas bumi”. Maka itu. sebagai generasi muda Papua janganlah memakai topeng penjajahan, jangalah menjadi kaki tangan dari penjajahan karena alam Papua masih menyaksikan dirimu, manusia Papua masih melihat dirimu, tulang belulang Papua masih melihat dirimu, dan mata hari serta bulan dan bintang juga masih menyaksikan dirimu.
Revolusi ada di tangan pelajar dan mahasiswa maka, jangalah mengambil dan memakai topeng penjajahan yang sedang ditawarkan dengan tingginya nilai mata uang. Stop bertopeng dan mari bersatu mengusir penjajahan di atas bumi Papua sebab bumi Papua itu diciptakan oleh ALLAH untuk manusia Papua bisa hidup dengan besas. Dalam kebebasan itulah manusia Papua bisa berekspresikan hidupnya dan bisa berkarya demi kemulian nama ALLAH Sendiri.
REPORTER OF TIMIPOTU NEWS
REPORTER OF TIMIPOTU NEWS
0 komentar:
Posting Komentar